TUGAS RESUME KEGIATAN
BASIC SHOOTING CLUB
BRAWIJAYA UNIVERSITY
BASIC SHOOTING CLUB
BRAWIJAYA UNIVERSITY
Disusun oleh :
FUAD CAHAYA RIMBA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
MALANG
2012
Resume kegiatan BASIC Shooting Club Universitas
Brawijaya
“menembak dengan senapan PINDAD SS-1 V1
dengan jarak sasaran 100 meter dan dengan posisi tiarap di Batalyon Infanteri
Lintas Udara 502 KOSTRAD – Kecamatan Jabung – Kabupaten Malang”
Sekilas
Tentang Batalyon Infanteri Lintas Udara 502 :
Batalyon Infanteri Lintas Udara 502/Ujwala Yudha disingkat Yonif Linud 502/Ujwala Yudha adalah yonif lintas udara yang tergabung dalam Brigif Linud 18/Trisula Kostrad.
Yonif Linud 502/Ujwala Yudha diresmikan pada 17 Mei 1962.
Yonif Linud 502/Ujwala Yudha saat ini bermarkas di Jabung, Malang, Jawa Timur.
Yonif Linud 502/Ujwala Yudha dibentuk pada tangga 17 Mei 1962 dilapangan sukorejo-Jember diadakan upacara peresmian, Berdirinya batalyon Raider yang ke-2 yg diberi nama Yonif 531/Raider dan kota jember sebagai pangkalannya. Adapun personel inti diambilkan dari Yonif 506 sebanyak 935 orang,kekurangannya diambilkan dari Batalyon jajaran Kodam VII/Brawijaya. Pada tanggal 30 September 1964 Yonif 531/Raider dipindahkan pangkalannya dari kota Jember ke Malang.Pada tanggal 19 Desember 1964 Batalyon menerima tunggul "UJWALA YUDHA" yang berarti: "ujwala"
melambangkan semangat yang berkobar berapi-api/keberanian setiap anggota Yonif Linud 502/Ujwala Yudha.
"YUDHA"
Melambangkan sifat kepahlawanan sebagai pejuang kemerdekaan yang gagah perwira.
Pada tanggal 22 April 1969 secara tertulis dan administrasi batalyon dipidahkan dari Kodam VII/Brawijaya ker Kostrad. Pada tanggal 31 Maret 1973 nama satuan berubah dari Yonif 531/Raider manjadi "Batalyon Infanteri Lintas Udara 502/Ujwala Yudha"
Kegiatan
Kegiatan dimulai di Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang jam 05.30, setelah berkumpul dan melakukan presensi setelah itu dilakukan upacara pengukuhan khusus untuk anggota baru yang sudah lolos BASIC Training tetapi belum dikukuhkan dan belum diambil sumpahnya sebagai anggota BASIC, acara ini selesai jam 06.30. Setelah itu acara dilanjutkan dengan acara dokumentasi di lapangan rektorat Universitas Brawijaya sambil menunggu angkutan truck milik Batalyon Infanteri Lintas Udara 502, setelah sesi dokumentasi selesai pada jam 06.55 lalu dilanjutkan dengan pemberangkatan, lalu para peserta dinaikkan ke dalam truck, setelah menunggu 10 menit lalu apra peserta diberangkatkan pada pukul 07.05.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama akhirnya para peserta sampai di Batalyon Infanteri Lintas Udara 502 yang berlokasi di Kecamatan Jabung Kabupaten Malang, setelah peserta memasuki lapangan tembak maka diadakan pengenalan oleh pelatih, lalu apra peserta dibimbing untuk melakukan peregangan dan pemanasan, walaupun peregagan dan pemanasan yang dilakukan kabarnya hanya 1/8 dari total gerakan sebenarnya tetapi sudah cukup untuk membuat kami berkeringat. Lapangan tembak ini terletak pada koordinat : 7°55'58"S 112°44'29"E, lapangan tembak ini bernama Lapangan Tembak 12 Jagoan, dinamakan demikian karena dahulu waktu operasi Seroja di Timor – Timur ada 12 anggota dari YONIF LINUD 512 yang bertempur dengan gagah berani.
Lalu acara dilanjutkan dengan penjelasan pelatih terhadap teknik dan dasar- dasar menembak senapan api, berikut ini adalah materi yang diberikan oleh pelatih :
A. Keamanan
1. Arahkan senjata ke tempat yang aman
Jangan arahkan senjata ke makhluk hidup dan selalu menanamkan mindset bahwa senjata kita selalu terisi dan siap tembak.
2. Jangan memasukkan jari ke dalam pelatuk
“Keep your finger off the trigger” (kecuali sasaran sudah dalam bidikan), hal ini menghindari supaya trigger tidak tertekan atau tertarik pada saat yang tidak dikehendaki.
3. Pastikan kamar peluru kosong
Untuk mengecek kamar peluru kosong atau tidak bisa dilakukan dengan cara 3M yaitu melihat, meraba, dan mengokang.
meraba yaitu memasukkan jari dari lubang tempat magasen ataupun dari lubang blank ejector dengan cara menarik dan menahan tuas kokangan dibelakang lalu kamar peluru akan terlihat membuka dari sebelah kanan, lalu masukkan jari, setelah yakin kamar peluru sudah kosong jari dapat ditarik dari kamar peluru lalu tuas pengokang dapat dilepaskan.
Melihat dapat dilakukan dari lubang tempat magasen atau dari lubang blank ejector dengan cara menarik dan menahan tuas kokangan dibelakang lalu kamar peluru akan terlihat membuka dari sebelah kanan.
Mengokang sebanyak tiga kali, lalu mengarahkan ujung laras ke udara lalu menarik pelatuk untuk memastikan bahwa tidak ada peluru di kamar peluru.
B. Otak
Otak adalah pusat sistem saraf pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya.
Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak manusia bertanggung jawab terhadap pengaturan seluruh badan dan pemikiran manusia. Oleh karena itu terdapat kaitan erat antara otak dan pemikiran. Otak dan sel saraf didalamnya dipercayai dapat memengaruhi kognisi manusia. Pengetahuan mengenai otak memengaruhi perkembangan psikologi kognitif. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan, emosi. ingatan, pembelajaran motorik dan segala bentuk pembelajaran lainnya.
C. Prinsip Dasar Menembak
1. Bidikan (5%)
2. Pegangan / Grip (5%)
3. Posisi (5%)
4. Picu (5%)
5. Koordinasi :
- Pengaturan nafas (nafas bidik tekan picu / NABITEPI)
- Konsentrasi
- Kekuatan
- Urutan langkah
1. Bidikan (5%)
- Jangan mengalihkan focus mata selama proses bidik hingga terjadinya letusan walaupun sesaat.
- Letakkan pipi secara normal dan hapalkan posisi penempatan pipi.
- Jangan pernah menghentikan gerakan penjera pada titik yang diinginkan karena gravitasi dan sistem keseimbangan tubuh ada pada otak tidak akan pernah bisa berhenti selama manusia itu masih hidup, jadi menghentikan gerakan penjera adalah mustahil.
- Follow trough (membuat gambar bidik / mengikuti sasaran)
2. Pegangan (5%)
- Kekuatan tidak boleh 100%, grip kekuatan 3 jari cukup 45% s/d 50%.
3. Posisi (5%)
- Teknik posisi adalah sarana untuj mengurangi besarnya gerakan pisir dan penjera pada wilayah sasaran.
4. Picu (70%)
- Mudah dipelajari namun perlu dilatih
- Melakukan sistem perintah dengan otak
Jangan melakukan sistem perintah dengan saraf tulang belakang (gerak reflek)
- Penempatan jari pada picu
- Penarikan picu konstan
Jangan dihentak atau dipaksa ditarik yang nantinya akan mengakibatkan jerking).
- Pastikan fokus mata tetap pada ujung penjera sampai letusan berakhir
Jangan mengalihkan fokus, jangan melirik, dan pastikan pisir dan penjera dalam keadaan jelas lalu sasaran dalam keadaan buram.
- Waspada terhadap “locking time”
Locking time yaitu waktu dimana saat pelatuk ditarik lalu mengakibatkan mekanisme bekerja lalu sampai proyektil keluar dari laras senapan.
5. Koordinasi sistem (15%)
Koordinasi sistem adalah kesatuan langkah yang baku yang dilakukan petembak secara sistematis dalam menerapkan keempat teknik oleh organ tubuhnya termasuk langkah dalal menangani peralatan yang digunakan.
Dalam olah raga yang mempengaruhi adalah :
- Individu si petembak (faktor internal)
- Senjata (faktor alat)
- Alam (faktor luar)
Pengecekan sebelum menarik picu :
- Posisi apakah sudah oke? jika OKE lanjut ke fase selanjutnya
- Kelurusan apakah sudah oke? jika OKE lanjut ke fase selanjutnya
- Pegangan apakah sudah oke? jika OKE lanjut ke fase selanjutnya
- Fokus mata apakah sudah oke? jika OKE lanjut ke fase selanjutnya
- Picu HAP (jari mulai jalan/menekan picu dengan perlahan) + ditambah tenaga tetapi tetap halus = sampai senappan meletus DOR…!!!
Pemberian materi oleh pelatih ini selesai sekitar pukul 09.30, lalu acara dilanjutkan degan memisah team menjadi 2 yaitu team A dan team B, team A dan team B memiliki pelatih yang berbeda, hal ini menjadikan adanya perbedaan juga dalam pemberian materi lanjutan. Setelah ada pemberian materi lanjutan tentang posisi menembak dangan posisi tiarap maka dipersilahkan kepada 5 orang yang sudah siap untuk melakukan zeroing senapan, pelatih team A ada 2 orang, yang salah seorang diantaranya pemegang brevet menembak lanjut, dan keduanya pernah ditugaskan untuk menjadi pasukan perdamaian di Lebanon. Penembakan pertama adalah zeroing dengan tiap anggota team A diberikan 1 (satu) peluru, setelah itu senjata di set ulang, setelah pengesetan ulang maka pelatih memberikan 3 (tiga) peluru tambahan untuk melakukan zeroing ulang dan koreksi, lalu zeroing dilakukan oleh anggota team a yang lain sehingga semua anggota team A sudah melakukan zeroing.
Setelah zeroing maka dilakukan scoring ke sasaran oleh anggota team A,sebanyak 5 orang per kloter, tiap orang diberikan amunisi sebanyak 10 butir, penomoran diambil secara isi kosong dengan nomor genap, lalu dilakukan pencatatan skor, setelah semua anggota team A menembak maka setelah itu adalah kesempatan bagi team B untuk melakukan zeroing dan scoring. Saat team B melakukan zeroing dan scoring maka team A diambil alih dan dilatih oleh pelatih utama, disini team A diajarkan cara memegang senapan yang baik dan benar dan secara berulang-ulang dengan maksud agar supaya teknik tersebut dapat mendarah daging dan membekas didalam otak tiap anggota team A.
Setelah itu team A dikembalikan ke pelatih sebelumnya dan disini kami diceritakan banyak hal mengenai senjata yang kami pegang, para pelatih, dan pengalaman para pelatih dalam hal menembak dan pengalamannya dalam penugasan di Lebanon. Selang beberapa waktu setelah konsumsi datang ke lapangan tembak maka para peserta dipersilahkan mengembalikan senjata ke tempatnya dan beristirahat untuk makan siang.
Setelah makan siang maka dilakukan pemanasan ulang dan perbaikan posisi menembak, lalu setelah itu dilakukan scoring fase 2, tiap anggota team A diberikan 10 (sepuluh) butir peluru, lalu dilakukan penembakan dan dicatat skornya.
Setelah fase ini dilewati oleh team A dan team B para pelatih dan Pembina klub melakukan penembakan dan scoring, setelah itu dilakukan pengecekan sasaran, setelah semuanya melakukan penembakan maka sebagai acara penutup ada evaluasi dan pemberian hadiah kepada juara 1 yaitu yang skornya paling banyak, dan semua sesi akhirnya ditutup dengan dokumentasi bersama tiap team dengan para pelatihnya masing – masing, lalu dilanjutkan dengan foto seluruh anggota dan pelatih.
Setelah acara dokumentasi maka para peserta dipulangkan kembali menggunakan truck ke Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Brawijaya, setelah sampai tempat tujuan jam 17.50 lalu dilakukan briefing akhir dan pengumuman scoring 10 terbaik dan 10 terburuk seluruh kegiatan ini berakhir sekitar jam 18.10.
Senjata dan Amunisi :
- Senjata yang digunakan adalah senjata PINDAD SS-1, SS1 adalah singkatan dari Senapan Serbu 1, senapan serbu yang banyak digunakan oleh TNI dan POLRI. Senapan ini diproduksi oleh PT. Pindad Bandung, berdasarkan senapan FN FNC dengan lisensi dari perusahaan senjata Fabrique Nationale (FN), Belgia. Senapan ini menggunakan peluru kaliber 5.56 x 45 mm standar NATO dan memiliki berat kosong 4,01 kg. Senapan ini bersama-sama dengan M16, Steyr AUG dan AK-47 menjadi senapan standar TNI dan POLRI, tapi karena diproduksi di Indonesia, senapan ini paling banyak digunakan. SS-1 diproduksi dalam 2 konfigurasi utama, yaitu senapan standard dan karabin pendek. Versi senapan standar disebut SS1-V1 (FNC “Standard” Model 2000) dan karabin disebut SS1-V2 (FNC “Short” Model 7000). Kedua varian diatas dilengkapi dengan laras yang berisi pelintiran tembakan tangan kanan sepanjang 178 mm (untuk stabilisasi mengantisipasi peluru SS109 belgia yang lebih berat). Senjata yang digunakan kali ini adalah produksi antara tahun 1987 s/d 1989 dengan kondisi yang kurang layak (combat readiness rendah) untuk kegiatan olah raga menembak ataupun untuk peperangan yang sesungguhnya.
- Amunisi yang digunakan adalah peluru tajam MU5-TJ (5,56 x 45 mm Ball) dengan ujung dan pantat peluru berwarna hijau (ball), peluru ini digunakan pada senapan : SS1-V1, SS1-V2, SS1-V3, SS1-V5, M16-A2, dll
Evaluasi pelatih terhadap peserta :
1. Ketahanan
2. Pipi (perletakan), walaupun dalam menarik nafas ataupun mengokang senjata yang macet pipi harus tetap menempel dipopor senjata.
3. Picu (masih ada beberapa yang menyentak picu).
4. Grip kurang (kuncian untuk menahan tolak balik senjata)
Opini pribadi :
Secara keseluruhan acara berjalan lancar dan sangat menyenangkan, menurut saya pribadi ada satu permasalahan yaitu tentang senjata yang tidak semuanya homogen dalam hal detail desain dan bentuk seperti pegangan depan/grip, popor, dan ada beberapa yang modelnya berbeda dalam kualiatas dan dalam detailnya yang akhirnya juga mempengaruhi performa si penembak, menurut pengamatan yang saya lakukan dari sejumlah sekitar 20an senjata 60% diantaranya bermasalah, diantaranya adalah senjata yang menjadi pegangan saya yang sering macet, setelah menembakan 1 atau 2 peluru senjata pasti macet, hal ini mengakibatkan perlu mengokang ulang, mengeluarkan magasen dan mengeluarkan selongsong peluru yang menyangkut pada rulah peluru yang diakibatkan oleh mekanisme blank ejector yang sudah lemah sehingga sudah tidak mampu lagi untuk melontarkan selongsong peluru keluar dari kamar peluru yang akhirnya sebelum selongsong sempat keluar dari kamar peluru mekanisme sudah membalik lagi yang berujung tersangkutnya selongsong pada kamar peluru atau pada ujung kamar peluru.
Macetnya senjata tiap kali menembak ini mengakibatkan harus diperbaikinya senjata tiap kali menembak dan berujung pada posisi tangan dan posisi pipi yang tidak lagi sama dengan posisi waktu menembak sebelumnya, dan ujung-ujungnya grouping menjadi agak kacau, senjata pertama saya ini dengan nomor seri 87012970.
Pada waktu scoring fase kedua saya melakukan pergantian senjata dengan senjata yang katanya lebih baik dari senjata pertama, tetapi ternyata malah senjata ini kondisinya lebih parah daripada yang pertama saya pakai dalam hal akurasi dan ketahanan, dengan senjata kedua ini tiap kali saya menembak juga senjata sering macet, yang bukan hanya dikarenakan mekanisme blank ejector tetapi juga karena mekanisme yang sudah aus yang berujung double feed, selongsong melintang di kamar peluru dan lain lain. Lalu akhirnya pengawas line mengganti senjata saya dengan senjata yang lain (senjata ketiga), dan lagi-lagi senjata ini juga macet dan akurasinya juga sama kacaunya dengan senjata kedua, alhasil scoring saya pada fase kedua ini jauh lebih buruk daripada scoring saya yang pertama. Akhirnya sayapun mengerti mengapa seorang prajurit senjatanya tidak pernah ganti kecuali jika senjata itu rusak parah, hal ini dikarenakan agar si individu mengenal betul karakteristik senjatanya walaupun senjatanya macet-macetan.
Scoring pertama :
10 = 2, 9 = 2, 8 = 4, 7 = 2, jumlah = 84
Scoring kedua :
7 = 1, 6 = 2, 5 = 3, 3 = 2, 2 = 1, 1 = 1, jumlah = 43
Scoring total = 84 + 43 = 127
Hasil konsultasi ke ahli senjata api (HHSamosir - United States Marine Corps):
Dari penjelasan anda, yg paling sering menjadi penyebab kemacetan senjata is likely to be the magazine. Weak spring, tilted follower, dan deformed feed lips. Ke-tiga symptoms ini umum ditemukan di old, used, Stanag magazines spt yg dipakai SS1 (dan M16 juga). Selain itu, lubang di sisi kiri magazine dimana magazine latch mengunci saat magazine dimasukkan ke mag well di senjata kadang2 juga bisa worn out. Akibatnya magazine akan duduk lebih rendah dari posisi seharusnya yg dapat mengakibatkan all sorts of FTF issues.
Kemungkinan kedua adalah worn out extractor yg terpasang pada bolt. Extractor bisa worn out di dua tempat:
1. Spring becoming weak.
2. Extractor claw itself is worn and no longer able to positively grab the case rim.
Kedua sumber umum terjadinya FTF ini tidak menjadi alasan yg cukup kuat utk mengganti senjata2 itu. Keduanya adalah bagian dari regular maintenance yg cukup mudah dilakukan oleh prajurit pemakai senjata itu sendiri. Hell, even I can do it. All you need is a small hammer and a punch to drive the extractor pin out. Once the spring is about to come out, watch out for the extractor because it can shoot across the room (spring loaded).
Sumber FTF yg ketiga adalah ejector, namun ini sangat jarang menjadi masalah karena ejector di FNC/SS1 bersifat static yg berupa bagian dari receiver yg tidak bergerak dan cukup rigid. Beda halnya dengan ejector di M16 yg juga spring loaded and will get weak over time.
Look, infantry rifles are NOT match rifles. Zeroing capability mereka tidak cukup halus to make a big difference in zero setting from one individual to another selama si pemakai memiliki ukuran tubuh yg setara. Every infantry rifle memiliki standard battle-sight zero procedure. If this is done correctly, all these rifles should be combat effective when used by anyone who is competent enough to do it. The idea of battle-sight zero is to make sure members of the same unit who fight alongside one another will be able to pick up a different rifle and shoot it right away in combat without loosing his combat effectiveness from zeroing difference. Yes, it is best to use a rifle that you zero yourself. But in my experience shooting various military rifles, the battle-sight zero is quite effective for a "one size fits most" solution.
DAFTAR PUSTAKA
http://consicul.wordpress.com/militer/
http://id.wikipedia.org/wiki/Batalyon_Infanteri_Lintas_Udara_502
http://id.wikipedia.org/wiki/Otak
http://id.wikipedia.org/wiki/Pindad_SS1
http://mappajarungi.multiply.com/journal/item/11?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
http://wikimapia.org/#lat=-7.9335629&lon=112.7432013&z=16&l=0&m=b&show=/16938532/Lapangan-tembak-600-M
http://id.wikipedia.org/wiki/Batalyon_Infanteri_Lintas_Udara_502
http://id.wikipedia.org/wiki/Otak
http://id.wikipedia.org/wiki/Pindad_SS1
http://mappajarungi.multiply.com/journal/item/11?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
http://wikimapia.org/#lat=-7.9335629&lon=112.7432013&z=16&l=0&m=b&show=/16938532/Lapangan-tembak-600-M